Man vs Woman

Hampir setiap pecinta olah raga, apabila ditanya cabang olahraga yang ditunggu untuk ditonton pasti jawabannya sepakbola. Apalagi kalau klub-klub papan atas di Liga Eropa bertanding, dan yang pasti kejuaraan Piala Dunia atau Piala Eropa antar negara yang berlangsung empat tahun sekali.

Tapi apakah hal itu sama dengan pertandingan sepakbola yang dimainkan oleh wanita? Apakah euforia sepakbola wanita sama dengan pria? Apakah pecinta sepakbola sangat antusias menanti-nantikan pertandingan sepakbola wanita? Mungkin jawabannya tidak atau belum tentu.

 

Man vs Woman

Mungkin tidak banyak diantara kita yang menyadari bahwa bulan Juni selama 1 bulan, tengah berlangsung Piala Dunia Wanita di Perancis, yang seharusnya selevel dengan Piala Dunia Pria, karena sama-sama memperebutkan piala tertinggi sepakbola antar negara.

Secara kenyataannya, tidak banyak yang merasakan kemeriahan pesta sepakbola wanita yang berlangsung di kota mode, Perancis. Dari segi pemberitaan, segi antusias untuk nonton bareng, bahkan dari segi aktivitas promo yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan yang biasa menjadi langganan sponsor kejuaraan sepakbola tidaklah semeriah apabila dibandingkan dengan sepakbola pria.

Pria lawan wanita, apakah selalu ada perbedaan gender yang cukup tajam? Apakah prestasi wanita selalu dianggap masih lebih rendah dari pria? Atau wanita selalu ada dibayang-bayang kehebatan pria? Apakah kaum hawa identik dengan kaum yang sering dilecehkan kaum adam? Mungkin wanita memang lebih lemah dari pria, tapi bukan berarti kaum hawa harus dibawah dibandingkan pria.

SDG 2030

Beruntung United Nations atau dikenal dengan PBB memiliki tujuan untuk 2030 yang disebut SDGs (Sustainable Development Goals) 2030; di sana terdapat 17 goals (tujuan), salah satunya mengangkat persamaan gender antara pria dan wanita.

Dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, diharapkan pria dan wanita berdiri sejajar dan tidak ada lagi pelecahan terhadap wanita. Kaum perempuan harus memiliki persamaan hak dan kesempatan baik di bidang edukasi, lapangan pekerjaan dan jabatan di dalam perusahaan ataupun organisasi.

Sebenarnya di tahun ini pun di waktu yang hampir bersamaan, juga tengah berlangsung Piala Amerika dan Piala Afrika; tapi itupun tidak seheboh dengan Piala Dunia atau bahkan Piala Eropa. Apakah ini yang kita sebut diskriminasi? Benua Amerika dan Afrika boleh dikatakan benua yang tidak semaju dengan benua Eropa, masih banyak negara miskin di sana terutama negara-negara Amerika Latin dan Afrika. Padahal pemain top dunia seperti Lionnel Messi, Firminho, Mohammad Salah yang merupakan tulang punggung di klub Eropa bermain disana.

Semoga kedepannya perbedaan antar negara kaya atau miskin, maupun perbedaan gender semakin bisa diperkecil sehingga kejuaraan sepakbola pun bisa memiliki level yang sama baik dari segi promosi, komersial, dan hadiah yang diberikan.

Terlepas piala Amerika dan Afrika, saya sendiri cukup menikmati permainan para pesepakbola wanita dari segi tehnik, strategi dan keahlihan individu yang tidak kalah dengan pesepakbola pria. Selamat Alex Morgan dan tim sepakbola Amerika Serikat yang bisa mempertahankan gelar juara dunia.

 

Yuk Bangkit!

Rasanya tidak pernah bosan hampir setiap tanggal 20 Mei saya selalu ingin menulis tentang Hari Kebangkitan Nasional. Entah membicarakan mengenai kebangkitan merek Indonesia, kebangkitan olah raga Indonesia, sampai pada kebangkitan pemimpin negara.

Secara kebetulan pun, tahun lalu saya menulis artikel mengenai Good Leader yang membahas tentang hiruk pikuk Pilkada untuk menentukan pimpinan daerah; dan pada di tahun pun di bulan Mei tepatnya tanggal 22 besok lusa akan diumumkan siapa yang akan menang dan memimpin Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun mendatang.

Namun, sebagai warga negara Indonesia, saya sangat sedih melihat persaingan untuk mendapatkan tempat nomor 1 di Indonesia dicederai oleh berbagai unsur negatif bahkan sudah menjurus ke SARA. Setiap orang memang boleh berambisi dengan sesuatu yang akan dicapainya; akan tetapi harus didasarkan dengan jiwa terbuka dan mau menerima apapun hasilnya.

Kebangkitan Olahraga Indonesia

Di tengah situasi politik yang memanas, 1 hari sebelum hari Kebangkitan Nasional, kita mendapatkan kabar yang cukup menggembirakan; sprinter andalan Indonesia, Muhammad Zohri kembali mengharumkan nama Indonesia dengan berhasil menjadi pelari Indonesia yang bisa bertanding di ajang kejuaaran dunia dan olimpiade. Tak banyak atlet Indonesia yang bisa menembus persaingan di tingkat dunia.

Sama hal nya dengan tim bulutangkis Indonesia yang saat ini sedang bertanding dalam Sudirman Cup di China; kita semua berharap Indonesiabisa bangkit untuk bisa meraih piala beregu yang sudah lama tidak direbut. Terakhir kali Indonesia bisa merebut piala beregu di tahun 2002 untuk piala Thomas. Selama 19 tahun tak satupun gelar beregu dapat diraih oleh Indonesia bahkan 2 tahun lalu merupakan tahun prestasi terjelek bagi bulutangkis Indonesia yang tidak lolos ke babak selanjutnya di Piala Sudirman. Sedih memang, Indonesia yang sejak tahun 70 selalu mengukir prestasi di bulutangkis beregu seakan tidak berdaya di tengah persaingan yang semakin kompetitif.

Ayo Bangkit! Bangkit! Bangkit! Dan Bangkit lagi! Jangan ada kata menyerah. Seandainya Muhammad Zohri bisa membuat olah raga Indonesia bangkit, demikian pula untuk tim beregu bulutangkis harus nya bisa bangkit kembali. Menempati sebagai unggulan ketiga di Piala Sudirman bukan secara otomatis Indonesia bisa dengan mudahnya meraih impian untuk juara atau minimal masuk final, tapi Indonesia masih harus melewati rintangan yang cukup berat. Satu persatu pertandingan perlu dilewati, target pertama sudah pasti menjadi juara grup di penyisihan untuk mendapatkan tiket 8 besar, dengan status juara grup seharusnya Indonesia dalam babak 8 besar, bisa mendapatkan lawan dari grup lain yang relatif lebih mudah karena berstatus peringkat kedua, lalu lewat dari sana sudah pasti akan melawan raksasa dunia, yakni Tiongkok atau Jepang. Bisa lolos dari sana, tinggal 1 pertandingan untuk merebut kembali piala yang dirindukan. Ah itu memang baru impian………….tapi sebuah mimpi bisa jadi kenyataan.

Hal lain yang cukup membuat kita bangga, setelah sukses menyelenggarakan pesta olah raga terbesar se Asia tahun lalu, Indonesia juga memberanikan diri untuk mencalonkan menjadi tuan rumah olimpiade untuk talun 2032. Ini menandakan Kebangkitan Indonesia, dan Kebangkitan kita bersama untuk mensejajarkan posisi Indonesia di tingkat dunia.

Kebangkitan Politik Indonesia

Kebanggaan kita tidak terlepas melihat Indonesia bisa bangkit baik di dalam perekonomian, persaingan merek, olah raga dan yang terpenting bangkit untuk berubah dalam urusan politik yang tidak sehat.

Buanglah jauh-jauh pemikiran yang bisa memecah belah persatuan Indonesia, kita harus bangkit dan bersama-sama membangun Indonesia untuk bisa lebih bersaing dengan negara lain; karena lawan kita bukan di dalam tapi ada di luar sana. Ayo bersatulah para elit politik Indonesia!

Salam Kebangkitan Indonesia; Kebangkitan Kita Bersama!

 

Mau Kemana PSSI ku?

Indonesia juara piala dunia?

Indonesia masuk ke piala dunia?

Indonesia bisa, Indonesia pasti bisa

 

Kata-kata di atas selalu membuat kita selalu bermimpi. Apakah mungkin olah raga yang paling digemari masyarakat di Indonesia bisa memberikan hasil yang maximal bagi negara tercinta.

Melihat sepak terjang prestasi sepakbola Indonesia tahun ini sebenarnya ada secercah harapan mulai dari Asian Games yang dari segi permainan, Indonesia harus nya bisa masuk minimal 4-8 besar di tingkat Asia; ditambah lagi tim yunior yang bisa menjadi juara tingkat ASEAN bahkan tinggal satu langkah lagi, tim muda Garuda bisa membawa mimpi Indonesia untuk ikut piala dunia tingkat yunior bisa tercapai.

Namun di bulan November, pesta sepakbola negara ASEAN yang dikenal dengan AFF Cup, membuat optimisme dan mimpi menjadi surut kembali. Indonesia tidak mampu lolos dari kualifikasi grup. Padahal kita semua berharap peluang untuk menjadi juara seharusnya terbuka lebar.

 

Campur Aduk

Entah siapa yang salah.  Banyak pihak yang mengatakan organisasi di PSSI harus perlu banyak dirubah, mulai dari ketua umum PSSI, organisasinya serta orang-orang yang berperan aktif di dalam lingkungan PSSI perlu dievaluasi. Memang sangat memalukan seorang pelatih internasional sampai tidak dibayar gajinya, sehingga kontrak nya pun enggan diperpanjang. Padahal melihat performa anak-anak Garuda di bawah kepelatihan, Luis Milla terlihat cukup menjajikan.

Kenapa negara2 ASEAN lain seperti Vietnam, dan sekarang Philippine sudah bisa menunjukkan taring nya? Vietnam bahkan sudah bisa juara AFF, sedangkan Indonesia yang sudah lebih dulu mengenal sepakbola belum pernah mencapai posisi puncak. Philippine pun tidak tanggung-tanggung, mereka mulai rajin melakukan naturalisasi pemain-pemain keturunan untuk diangkat menjadi pemain nasional nya, belum lagi Philippine berani mengontrak pelatih kelas dunia Sven Erickson.

Kita semua pasti sedih, prestasi tim nasional tidak mengarah ke perbaikan. Ada baiknya organisasi olahraga harus dikelola dengan benar, jangan selalu dijadikan alat politik. Negara lain bisa maju olah raga nya karena memang dikelola dengan baik dan profesional tanpa harus ada dicampuri urusan yang bukan untuk mendorong prestasi olahraga.

Pesan singkat saya dan mungkin sama seperti masyarakat pencinta sepakbola tanah air: kita harus berani mengorbankan ego pribadi, evaluasi apa yang perlu dikoreksi lalu lakukan tindakan perbaikan dengan sepenuh hati tanpa ada unsur lainnya. Karena saya percaya Indonesia mempunyai banyak talenta asalkan dikelola dengan benar.

Entah kapan mimpi di atas bisa benar-benar dapat terealisasi, yakni menjadi juara piala dunia, tapi setidaknya tahap demi tahap harus dilalui terlebih dahulu.

Keep Improving to make your dream comes true, PSSI ku

 

Pelajaran Piala Dunia

Pesta Piala Dunia sudah usai. Pecinta sepakbola kembali pada kehidupan normalnya, setelah selama 1 bulan merelakan kekurangan tidur karena lembur menonton sepakbola.

Dalam dunia olah raga sudah tentu banyak yang bisa kita dapatkan mulai dari sportivitas, kedisiplinan, kerja keras, kekalahan ataupun kemenangan dan tentu masih banyak hal yang lain lagi. Selama 1 bulan ini, saya sempat merangkup beberapa pertandingan yang bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita, diantaranya:

Continue reading

Piala Sudirman Yang Dirindukan

Bulutangkis yang selalu mengharumkan prestasi olah raga Indonesia, kembali mengalami kenangan pahit. Dalam kejuaraan beregu campuran yang dikenal dengan Piala Sudirman telah menjadi saksi menurunnya prestasi pebulutangkis Indonesia.

bulutangkis

Perjalanan Piala Sudirman

Piala Sudirman (Sudirman Cup) merupakan kejuaraan beregu campuran yang diadakan 2 tahun sekali, piala tersebut diprakarsai oleh mantan pemain Indonesia dan juga pendiri Persatuan Bulutangkis Indonesia (PBSI), Dick Sudirman. Continue reading

Ada Apa Dengan Indonesia?

Tidak dapat dipungkiri, sepakbola dan bulutangkis merupakan olah raga terfavorit di tanah air. Namun kalau berbicara tentang prestasi tingkat dunia, hanya bulutangkis yang bisa dibanggakan.

 

Kemana Prestasimu?

aadc

Bulan Agustus yang lalu, merupakan bulan terindah bagi prestasi olah raga Indonesia. Indonesia bisa merebut kembali medali emas yang pernah hilang di pesta olah raga dunia 4 tahun lalu. Melalui bulutangkis, pasangan ganda campuran terbaik Indonesia Liliyana Natsir / Tontowi Ahmad berhasil mendapatkan medali emas yang dinantikan oleh seluruh masyarkat Indonesia. Bangga, bahagia, tangis dan haru bercampur aduk setelah melihat bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya berkumandang di Rio de Jainero, tempat berlangsungnya Olimpiade 2016. Continue reading

Srikandi Indonesia

Rasanya kalau berbicara mengenai bulutangkis tidak ada kata habis bagi saya untuk membahasnya Artikel saya terakhir pun bicara tentang bulutangkis.

Super Series

Pada bulan Maret dan April serangkaian kejuaraan bulutangkis superseries (gelar tingkat pertama dalam kejuaraan bulutangkis) dimulai. Diawali dengan kejuaraan All England dimana Indonesia berhasil mencetak juara baru melalui pasangan ganda campuran Praveen Jordan / Debby Susanto, diikuti superseries India pasangan muda Kevin Sanjaya Sukamuljo / Gideon Marcus Fernaldi yang juara, pasangan senior Tontowi Ahmad / Liliyana Natsir tak ketinggalan menyumbangkan gelar juara di Malaysia, lalu diakhiri Singapore Open dimana Indonesia bisa juara umum dengan membawa pulang 2 gelar juara melalui pasangan ganda putri Nitya Krihinda Maheswari/Greysia Polii dan Sony Dwi Kuncoro yang merebut juara tunggal putra. Dengan 5 gelar juara yang dicapai, menjadikan posisi sementara Indonesia berada di posisi teratas dan mengungguli Tiongkok yang biasa menjadi rajanya bulutangkis.

sony-dwi-kuncoro-dan-istri_20160419_110841

Continue reading

New Champion Just Born

Ditengah PBSI menargetkan  merebut 2 gelar juara di kejuaraan bulutangkis dunia All England, ditengah tumpuan harapan Indonesia pada pasangan Muhammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Lilyana Natsir/Tontowi Ahmad, dan ditengah gelar juara yang didambakan oleh para pecinta bulutangkis Indonesia, munculah pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto sebagai satu-satunya wakil Indonesia di Final All England dan meraih gelar juara Super Series pertama bagi diri mereka.

Continue reading