Piala Sudirman Yang Dirindukan

Bulutangkis yang selalu mengharumkan prestasi olah raga Indonesia, kembali mengalami kenangan pahit. Dalam kejuaraan beregu campuran yang dikenal dengan Piala Sudirman telah menjadi saksi menurunnya prestasi pebulutangkis Indonesia.

bulutangkis

Perjalanan Piala Sudirman

Piala Sudirman (Sudirman Cup) merupakan kejuaraan beregu campuran yang diadakan 2 tahun sekali, piala tersebut diprakarsai oleh mantan pemain Indonesia dan juga pendiri Persatuan Bulutangkis Indonesia (PBSI), Dick Sudirman.

Pertama kali Piala Sudirman diselenggarakan pada tahun 1989, di Jakarta. Saat itu Susi Susanti Cs berhasil menggondol Piala Sudirman untuk pertama kalinya. Namun di tahun-tahun berikutnya, Indonesia harus puas menjadi peringkat kedua atau menjadi semifinalis; bahkan di tahun 2013 Indonesia tidak mampu bersaing untuk menjadi semifinalis setelah dikalahkan juara bertahan China di pertandingan 8 besar. China menjadi langganan juara dan diikuti Korea. Secara keseluruhan memang hanya 3 negara yang berhasil menjadi juara, China, Korea dan Indonesia.

 

Piala Sudirman 2017

Harapan tinggal harapan. Apa yang ditargetkan masuk ke semifinal, malah jauh dari apa yang diharapkan. Indonesia baru pertama kali dalam sejarah Piala Sudirman tidak lolos dari babak penyisihan.

Yang paling membuat kita semua mengelus dada, Indonesia kalah cukup telak terhadap  India dengan angka 1-4. Padahal kalau dianalisa Indonesia harusnya bisa menang setidaknya 3 partai di sektor ganda. Namun yang sedikit menggembirakan, Indonesia tidak pulang dengan tangan hampa setidaknya Indonesia bisa memberikan perlawanan sengit kepada Denmark dan bisa mengalahkan dengan hasil 3-2. Walaupun hasil tersebut tidak bisa membawa Indonesia ke babak 8 besar karena Indonesia harus menang telak atas Denmark 5-0 atau 4-1 dengan masing-masing kemenangan dengan 2 set langsung. Sesuatu yang memang sulit dilakukan, tapi menang 3-2 pun, bagi saya sudah cukup menghibur, apalagi Indonesia sudah sempat unggul 2-0 atas Denmark; sayang partai yang kita harapkan menyumbangkan angka, malah menjadi bumerang. Pasangan ganda putra muda kita, Kevin/Markus harus kembali lagi kalah dari pasangan tua Denmark yang kaya pengalaman, Boe/Christiansen. Setelah keduanya bertemu terakhir di kejuaraan Singapura beberapa waktu lalu.

Belajar dari pengalaman Piala Sudirman 2017, Indonesia harus terus belajar, jangan cepat puas. Beruntung tahun ini, Indonesia masih ada gelar juara yang direbut di turnamen besar Superseries lewat ganda putra, Kevin/Markus. Tapi di sektor lainnya, Indonesia belum menujukkan prestasi yang membanggakan. Pasangan ganda campuran pelapis Tontowi/Liliyana, Praveen/Debby pun setelah juara All England 2016 belum bisa menunjukkan prestasi maksimalnya. Bahkan yang bikin kita takut, Kevin/Markus yang  sempat menjadi pasangan tak terkalahkan sepanjang tahun 2017, akhirnya kalah juga, bahkan 2x berturut-turut oleh pasangan Denmark. Apakah ini menandakan pasangan muda Indonesia sudah mulai menurun? Atau sudah puaskah mereka atas prestasi yang mereka capai saat ini?

Walaupun sedih melihat kiprah Indonesia di Piala Sudirman 2017, tapi saya tetap yakin  Indonesia dengan pemain-pemain mudanya bisa mengukir prestasi di masa yang akan datang, diantaranya seperti Fitriani, Apriani, Ginting, Jonathan, Kevin, Markus. Semoga pemain muda Indonesia bisa lebih disiplin dalam berlatih, banyak belajar dan jangan cepat puas apa yang sudah dicapai.

Selamat untuk Korea yang telah menjadi juara Piala Sudirman 2017. Ayo pemain Indonesia belajar dari Korea dengan pasukan mudanya bisa menghentikan keperkasaan China. Tunjukan semangatmu untuk mengembalikan supremasi bulutangkis Indonesia!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *